Iman dan usaha untuk berbuat sesuatu adalah ibarat dua sisi dari sekeping mata uang yang tak terpisahkan. Tanpa ada perbuatan yang dilakukan, diragukan bahwa di situ ada iman. Bukankah perbuatan kita merupakan penampakan dari apa yang kita imani?
Sekumpulan orang yang beriman kepada Yesus menyaksikan bagaimana Yesus mengajar dengan kuasa dan mukjizat, serta menyembuhkan orang sakit (Markus 1:21-28). Dari situ, hati mereka tergerak untuk menolong teman sekampung mereka yang sejak kecil lumpuh dan tersisih hidupnya. Mereka beriman Yesus mampu menyembuhkan maka mereka tidak diam saja.
Meski banyak rintangan: mungkin rumah si lumpuh jauh, mungkin tubuhnya berat. Ditambah lagi, ketika sampai di tempat Yesus, ternyata rumah itu penuh sesak dan orang-orang tak mau memberi jalan. Namun, sekali lagi iman itu mereka wujudkan dengan usaha yang pantang menyerah.
Mereka membuka atap rumah, dengan risiko si empunya rumah marah. Iman yang besar kepada Yesus memampukan mereka mengatasi segala hambatan. Ketika si lumpuh diturunkan, Yesus melihat iman mereka yang mau berusaha itu dan memberi kesembuhan. Iman itu menjadi kenyataan karena anugerah Allah di dalam Kristus, bukan karena kemampuan mereka sendiri.
Apabila kita sedang menghadapi sebuah tugas atau tantangan hidup yang butuh iman dan perjuangan keras, ingatlah kisah ini. Teguhkan iman dengan memandang kebesaran Allah yang sanggup menolong sehingga menguatkan kita untuk berjuang pantang menyerah. Serahkan ketidakberdayaan kita ke alamat yang tepat, yakni Yesus yang mampu membuat iman kita menjadi kenyataan
Sumber : Renungan Harian